Kamis, 19 November 2015
ARIANA
Entah darimana datangnya semua rasa ini.
Rasa yang mampu membuat bunga melati layu,
bisa kembali segar.
Rasa yang sama saat embun yang melewati pohon talas,
lalu jatuh dikelopak mata.
Rasa yang sama saat air jatuh,
menimpa tanah kering diakhir bulan november.
Berawal dari tatap tajam,
yang bahkan tidak pantas disebut sebagai tatapan.
Berawal dari kata-kata kasar,
yang bahkan tidak pantas untuk diucapkan.
Tapi..
Ariana sekarang disini.
Ariana menempel,
layaknya anak kecil yang haus akan susu ibunya.
Ariana memeluk erat,
layaknya anak yang kehilangan ayahnya.
Ariana yang mendatangkan semua rasa itu.
Terimakasih Ariana,
Semesta, dan
Tuhan pencipta Semesta beserta
Ariana didalamnya.